Rabu, 09 Januari 2013

Apa itu Kesurupan ??




Fenomena trance atau kesurupan suatu peristiwa yang seringkali menarik perhatian. Di masyarakat umum fenomena ini sering dikaitkan dengan fenomena gaib. Orang yang mengalami kesurupan dikatakan telah dirasuki oleh makhluk metafisik yang tak kasat mata. Orang yang mengalami kesurupan itu bersikap seolah-olah dia adalah orang lain dan bersikap bukan dirinya sendiri. Bahkan perilaku mereka bisa secara tiba-tiba menjadi sangat agresif dan tak terkendali.
Jika ditinjau dari sudut pandang ilmu psikologi, fenomena kesurupan sebenarnya bisa dijelaskan secara gamblang dan jelas tanpa membawa embel-embel makhluk gaib. Dikaitkan dengan aspek psikologis manusia peristiwa kesurupan sudah memasuki kawah alam bawah sadar. Seorang tokoh psikologi, Carl Gustav Jung (1875-1961) mengatakan bahwa kepribadian manusia secara total terdiri dari tiga sistem atau struktur yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sistem tersebut adalah ego, ketidaksadaran personal, dan ketidaksadaran kolektif. Ego atau disebut pikiran sadar adalah bagian dari jiwa yang menyangkut persepsi, berpikir, merasa, dan mengingat. Sistem ini adalah kewaspadaan kita dan bertanggung jawab dalam menjalani aktivitas kehidupan kita sehari-hari. Ketidaksadaran personal adalah pengalaman-pengalaman yang telah kita jalani dan digeser ke alam bawah sadar baik sengaja maupun tidak sengaja. Sedangkan ketidaksadaran kolektif adalah segala macam pengalaman-pengalaman yang telah
diwariskan oleh generasi sebelumnya sejak zaman nenek moyang dahulu. Jadi, pengalaman pengalaman nenek moyang sejak beribu tahun yang lalu tersebut diwariskan kepada diri kita melalui jalan genetik yaitu perkawinan, dan pengalaman tersebut tidak dapat kita ingat secara biasa karena berada dalam level ketidaksadaran yang terdalam.
Kunci dari fenomena kesurupan terletak pada level ketidaksadaran kolektif. Didalam ketidaksadaran kolektif tersimpan materi-materi dari nenek moyang kita terdahulu. Untuk mengingat kembali bahwa nenek moyang kita bangsa Indonesia ini terdahulu sangat kental sekali dengan unsur-unsur mistisme seperti kepercayaan animisme dan dinamisme.

ada juga menganggap bahwa kesuruapan muncul sebagai reaksi atas apa yang sedang di rasakan oleh individu sebelum proses kesurupan terjadi, seperti tertekan, kelelahan yang sangat atau frustasi. hal ini dapat di jelaskan ada distres ( stres yang berdampak negatif bagi penderitanya), yang berkembang bisa saja karena kecemasan penderita yang berlebihan. reaksi ini di istilahkan sebagai reaksi disosiasi. reaksi yang menyebabkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya karena adanya tekanan fisik maupun mental.

menurut mbah safiun ( ahli spiritual dari kramat tegal) kesurupan terjadi karena seseorang telah di masuki atau di pengaruhi oleh makhluk halus yang menyebabkan korban tidak sadar dengan apa yang dia perbuat, dan hanya orang yang mempunyai kemampuan khusus yang mengerti tentang ada atau tidaknya makhluk halus di dalam tubuh korban.

Apa Beda Emosi dan Perasaan ??




 Emosi dan perasaan (emotion & feeling). Keduanya digunakan secara tumpang tindih dalam percakapan keseharian. Ketika seseorang bertanya pada orang lain apa yang dirasakannya ketika dikhianati pacarnya, jarang orang bertanya , “bagaimana emosimu?”, kebanyakan akan bertanya, “bagaimana perasaanmu?” Dalam bahasa sehari-hari, kata emosi memang sangat jarang digunakan. Kata perasaan, jauh lebih umum digunakan.
Perasaan mengandung adanya suatu pengalaman subjektif. Apa yang dirasakan satu orang dengan orang lain relatif sulit untuk dibandingkan. Hanya diri sendirilah yang bisa mengalami perasaan yang muncul. Oleh sebab itu disebut pengalaman subjektif.  Misalnya Anda merasa damai, maka Anda sendiri yang bisa mengalaminya. Rasa damai yang dirasakan oleh orang lain bisa saja berbeda kadarnya.
Kebanyakan orang berpikir bahwa emosi adalah salah satu jenis perasaan. Sesuatu dianggap sebagai emosi tatkala seseorang merasakan perasaan tertentu, terutama marah. Selain marah, perasaan lain yang kerap dianggap sebagai emosi misalnya adalah cinta, sedih, bahagia, dan cemburu. Orang akan mengatakan Andi sedang emosi ketika ia sedang marah (ia ‘emosi’ karena ia dikhianati sang pacar), namun juga ketika ia sedang sangat bahagia (ia begitu ‘emosi’ bertemu ibunya), sedih (ia begitu ‘emosi’ pada saat pemakaman ayahnya), cemburu (ia ‘emosi’ tahu pacarnya makan malam dengan orang lain), atau cinta (emosinya begitu mendalam pada kekasihnya).
Sebagian ahli menyebutkan bahwa di dalam emosi terkandung perasaan. Ini artinya, perasaan adalah komponen dari emosi. Perasaan diartikan sebagai keadaan yang dirasakan sedang terjadi dalam diri seseorang. Anda mengalami perasaan marah, karena Anda merasakan adanya sesuatu yang bergejolak dalam diri Anda. Emosi terjadi hanya ketika seseorang merasakan sesuatu terjadi dalam dirinya.
Nah, lalu apa bedanya antara perasaan dan emosi? Sebenarnya keduanya relatif sama. Bahkan, menurut seorang peneliti emosi dari Australian National University, yakni Anna Wierzbicka, tidak semua budaya memiliki kata untuk emosi sebagaimana yang dikonsepsikan dalam bahasa inggris sedangkan kata yang bermakna perasaan (feeling) ada dalam semua bahasa. Menurutnya lagi, kata emosi lebih disukai karena kesannya lebih objektif dan lebih ilmiah daripada kata perasaan. Oleh sebab itu kata emosi jauh lebih luas digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan.
Bagaimana dengan rasa lapar karena kurang makan, rasa haus kurang minum, rasa panas karena terik matahari, rasa manis gula, rasa pahit kopi, dan rasa sakit tulang? Tentu saja itu semua tidak termasuk kategori perasaan yang dikaitkan dengan emosi. Perasaan yang diartikan emosi adalah perasaan yang tidak terkait dengan yang dirasakan fisik. Ada rasa lapar, tapi tidak ada emosi lapar. Ada rasa panas tapi tidak ada emosi panas. Ada rasa manis gula tapi tidak ada emosi manis. Emosi adalah perasaan yang terkait dengan suasana hati.

Sabtu, 05 Januari 2013

Persepsi


A.     Pengertian Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perceptio, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Kata persepsi biasanya dikaitkan dengan kata lain, menjadi persepsi diri, persepsi sosial dan persepsi interpersonal.
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaigu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Devita, persepsi ialah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita. Gulo mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Yusuf menyebut persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan. Pareek memberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data.
Banyak ahli yang mencoba membuat definisi dari ‘persepsi’. Beberapa di antaranya adalah:
  1. Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo Walgito).
  2. Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Davidoff).
  3. Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu (Bower).
  4. Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu (Gibson).
  5. Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah persepsi sosial. Persepsi social merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek persepsi tersebut (Lindzey & Aronson).
  6. Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadaplingkungan oleh seorang individu (Krech).
  7. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.
B.     Proses Persepsi
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari merubah persepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut:

a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit
b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang
c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sbeagai reaksi
Jadi, proses persepsi ialah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap informasi yang sampai

Proses fisik adalah proses stimulus mengenai alat indra.
Proses fisiologi adalah stimulus yang dterima oleh alat indra diteruskan oleh saraf sensoris ke otak.
Proses psikologis adalah proses yang terjadi dalam otak.

Dalam defenisi persepsi yang dikemukakan oleh pareek, mencakup beberapa segi atau proses, yaitu :

a.       Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diperoleh melalui pancaindra.
b.      Proses penyeleksi rangsangan
Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Dua kumpulan faktor menentukan seleksi rangsangan. Yaitu :

Faktor Intern :
a)      Kebutuhan psikologis
b)      Latar belakang
c)      Pengalaman
d)      Sikap
e)      Kepercayaan umum
f)       Penerimaan diri

Faktor Ekstern :
a)      Intensitas
b)      Ukuran
c)      Kontras
d)      Gerakan
e)      Ulangan
f)       Keakraban
g)      Sesuatu yang baru
Devito menyebutkan enam proses yang mempengaruhi persepsi :
1)      Teori kepribadian implisit
2)      Ramalan yang dipenuhi sendiri
3)      Aksentuasi perseptual
4)      Primasi-resensi
5)      Konsistensi
6)      Stereotip
c.       Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Terdapat tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni :
1.      Pengelompokan
Faktor yang digunakan untuk pengelompokan rangsangan antara lain :
1)       Kesamaan, rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok
2)       Kedekatan, hal-hal yang dekat antara satu dengan yang lain juga dikelompokkan menjadi satu 
3)      Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap
2.      Bentuk timbul dan latar
Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangkaian / gejala lainnya berada di latar belakang.
3.      Kematangan persepsi
Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi dan perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya

d.      Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan.
e.       Proses pengecekkan
Setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Data itu dapat dicek dengan menanyakan kepada orang-orang lain mengenai persepsi mereka.
f.       Proses reaksi
Tahap terakhir dari proses perseptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan persepsinya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
*    Faktor internal
Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu :
A.Fisiologis, informasi masuk melalui indra, selanjutnya mempengaruhi usaha dan melengkapinya untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitar. Kapasitas indra untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda, hingga interpretasi terhadap lingkungan juga berbeda.
B.  Perhatian, individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Energi pada tiap orang berbeda sehingga perhatiannya pada objek juga akan mengalami perbedaan dan hal ini akan mempengaruhi persepsi pada suatu objek.
C. Minat, persepsi terhadap suatu objek bervariasi, tergantung banyak energi atau perseptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perseptual vigilance merupakan kecendrungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
D. Kebutuhan yang searah, dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
E. Pengalaman dan ingatan, pengalaman dapat dikatakan bergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadan-kejadian lampau untuk mengetahui sesuatu rangsangan dalam pengertian luas.
F. Suasana hati, keadaan emosi mempengaruhi prilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi, dan mengingat.

*    Faktor eksternal
Merupakan karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat di dalamnya diantaranya :
1.      Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus
Artinya semakin besar hubungan suatu objek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
2.      Warna dari objek-objek
Objek yang punya cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami.
3.      Keunikan dan kekontrasan stimulus
4.      Intensitas dan kekuatan dari stimulus
5.      Motion dan gerakan
Individu akan banyak memberi perhatian terhadap objek yang memberi gerak dalam jangkauan pandangan dibanding objek diam.[1]


Selain dari faktor internal dan eksternal, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi diantaranya :
Ø  Ketersediaan informasi sebelumnya;
ketiadaan informasi ketika seseorang menerima stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang di tengah-tengah diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia tidak memiliki informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues untuk mempersepsikan sesuatu.
Ø  Kebutuhan
 seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.
Ø  Pengalaman masa lalu
sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh lain yang lebih ekstrim, ada orang yang tidak bisa melihat warna merah dia melihatnya sebagai warna gelap, entah hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan pembunuhan. Di sisi lain, ketika seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan bos, dia akan cenderung mempersepsikan bosnya itu sebagai orang baik, walaupun semua anak buahnya yang lain tidaksenangdengansibos

Faktor lainnya yang mempengaruhi persepsi adalah :
1.      Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor, stimulus dapat dating dari luar individu maupun dari dalam individu yang bersangkutan.
2.      Alat indera, saraf dan Pusat susunan saraf
Merupakan alat untuk menerima stimulus, kemudian diteruskan ke saraf sensoris kemudian menuju pusat susunan saraf atau otak sebagai pusat kesadaran, kemudian menuju saraf motoris.
3.      Perhatian
Untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.[2]

Hukum-hukum persepsi
Ø  Hukum pragnanz, pragnanz berarti penting, meaningsful, penuh arti atau berarti. Jadi apa yang dipersepsi itu menurut hukum ini adalah penuh arti, suatu kebulatan yang mempunyai arti penuh, meaningsful. Hukum ini oleh kaum gestalt dipandang sebagai hukum yang pokok.
Ø  Hukum figure-ground, figure merupakan bagian yang dominan dan merupakan focus perhatian, dan ground yang melatarbelakangi atau melengkapi. Kalau individu mempersepsi sesuatu apa yang tidak menjadi fokus dalam persepsi itu akan menjadi latarbelakang. Antara figure dan ground dapat berpindah atau bertukar peran antara satu dengan yang lainnya.
Contohnya pada gambar berikut :
Wajah perempuan atau pemain terompet?
Ada sebagian orang yang melihat itu adalah gambar seorang lelaki yang berhidung  sangat mancung sedang meniup terompet. Dan ada juga yang mungkin melihat kalau itu adalah lukisan wajah seorang wanita.
Ø  Hukum kedekatan, apabila stimulus saling berdekatan antara satu dengan lainnya, aka nada kecendrungan untuk dipersepsi sebagai suatu keseluruhan atau suatu gestalt.
Contoh : xx    xx    xx    xx
Dalam gambar diatas orang akan mempersepsi silang pertama dan kedua, ketiga dan keempat, kelima dan keenam masing-masing merupakan suatu gestalt daripada silang kedua dengan silang ketiga, silang keempat dengan kelima. Inilah yang dimaksud dengan hukum kedekatan.
Ø  Hukum kesamaan (similitary), hukum ini menyatakan bahwa stimulus atau objek yang sama, mempunyai kecendrungan untuk dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau suatu gestalt.
Contoh :
x                  x                      x                      x
o                  o                      o                      o
x                  x                      x                      x
o                  o                      o                      o
x                  x                      x                      x
dalam seseorang mempersepsi gambar tersebut, orang akan mempersepsi sebagai suatu deretan silang (x), satu deretan lingkaran (o), satu deretan silang lagi, satu deretan lingkaran lagi, dan begitu seterusnya. Orang tidak akan mempersepsi sebagai suatu deretan silang,lingkaran,silang,lingkaran. Inilah yang dimaksud dengan hukum kesamaan.
Ø  Hukum kontinutas, menyatakan bahwa stimulus yang mempunyai kontinutas satu dengan yang lain, akan terlihat dari ground dan akan dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.
Hukum kelengkapan dan ketertutupan (closure), dalam persepsi adanya kecendrungan orang mempersepsikan sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap, sehingga menjadi sesuatu yang penuh arti dan berarti.


[1] http://duniapsikologi.com
[2] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum,2004, hal : 89