Sabtu, 05 Januari 2013

Hubungan Psikologi dengan Ilmu Lain


1.      Hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lain.
Psikologi sebagai ilmu yang meneropong atau mempelajari keadaan manusia,sudah pasti psikologi memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu lain yang sama-sama mempelajari tentang keadaan manusia. Berikut hubungan psikologi dengan beberapa ilmu pengetahuan :
a)      Hubungan psikologi dengan biologi
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup menjadi objek dari biologi. Oleh karena biologi berobyekkan benda-benda yang hidup,maka cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung di dalamnya. Oleh karena itu baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu itu meninjau dari sudut pandang yang berbeda namun pada segi-segi yang tertentu kadang-kadang kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan.Ada hal-hal yang sama-sama dipelajari atau diperbincangkan oleh kedua ilmu ini,seperti masalah keturunan.Baik psikologi maupun antropobiologi juga membicarakan hal ini.Ditinjau dari segi biologi ialah hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain.Keturunan juga dipelajari dalam psikologi misalnya sifat,intelegensi,bakat. Karena itu,kurang sempurnalah mempelajari mempelajari psikologi tanpa biologi.  
b)      Hubungan psikologi dengan sosiologi
Manusia sebagai makhluk social juga menjadi objek dari sosiologi. Soiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia,mempelajari manusia tentang bagaimana hidup bermasyarakat.Karena itu baik psikologi maupun sosiologi sama-sama membicarakan manusia. Tinjauan sosiologi yang penting ialah hidup bermasyarakat,sedangkan tinjauan psikologi adalah tingkah laku sebagai manifestasi hidup kejiwaan,yang didorong oleh motif tertentu hingga manusia bertingkah laku dan berbuat.
c)      Hubungan psikologi dengan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam membuat psikologi dapat diakui sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat;walaupun metode ilmu pengetahuan kurang dapat digunakan seluruhnya terhadap psikologi,karena perbedaan dalam obyeknya. Ilmu pengetahuan alam berobyekkan pada benda-benda mati,sedangkan psikologi berobyekkan pada manusia yang hidup,sebagai makhluk yang dinamik,makhluk yang berkebudayaan,makhluk yang berkembang dan dapat berubah setiap saat.  
d)      Hubungan psikologi dengan filsafat
Manusia sebagai makhluk hidup merupakan obyek dari filsafat yang antara lain membicarakan tentang hakikat kodrat manusia,tujuan hidup manusia dan sebagainya. Sekalipun psikologi pada akhirnya memisahkan diri dari filsafat, karena metode yang ditempuh sebagai salah satu sebabnya, tetapi psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan filsafat. bahkan sebetulnya dapat dikemukakan bahwa ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri dari filsafat itupun tetap masih ada hubungan dengan filsafat terutama mengnai hal-hal yang menyangkut sifat hakiki serta tujuan dari ilmu pengetahuan itu.
e)      Hubungan psikologi dengan pedagogiek
Kedua ilmu ini hampir tidak dapat dipisahkan satu sama lain,karena memiliki hubungan timbal balik.Pedagogiek sebagai ilmu yang bertujuan untuk memberi bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak akan sukses,bila mana tidak mendasarkan diri pada psikologi,yang tugasnya memang menunjukkan perkembangan hidup manusia sepanjang masa,bahkan cirri dan wataknya serta kepribadiannyapun ditunjukkan oleh psikologi. Dengan demikian,pedagogiek baru akan tepat mengenai sasaran,apabila dapat memahami langkah-langkahnya sesuai petunjuk-petunjuk psikologi. Oleh karena sangat eratnya tugas antara keduanya,maka timbul “educational psychology” (ilmu jiwa pendidikan).    
f)       Hubungan psikologi dengan agama
Psikologi dan agama merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya,mengingat agama sejak turunnya kepada Rasulullah diajarkan pada manusia dengan dasar-dasar yang sesuai dengan kondisi dan situasi psikologis pula. Tanpa dasar tersebut,agama sulit mendapat tempat di dalam jiwa manusia. Di dalam agama terdapat ajaran agama tentang bagaimana agar manusia mau menerima petunjuk Tuhannya. Hingga manusia itu sendiri tanpa paksaan bersedia menjadi hamba-Nya yang baik dan taat. Itulah sebabnya dapat dikatakan bahwa di dalam agama itu,penuh dengan unsur-unsur Paedagogis yang bahkan merupakan essensi pokok dari tujuan agama diturunkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Unsur paedagogis dalam agama tidak dapat mempengaruhi manusia kecuali bilamana disampaikan kepadannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk psikologi.
Contoh bahwa psikologi dan agama memiliki kaitan yang erat ialah terhadap manusia yang melanggar norma-norma agama dipandang berdosa. Perasaan berdosa pada manusia tersebut dapat mengakibatkan perasaan nestapa dalam dirinya meskipun hukuman lahiriyah tidak diberikan terhadapnya. Psikologi memandang bahwa orang yang berdosa itu berarti telah menghukum dirinya sendiri,karena dengan perbuatan pelanggaran tersebut,jiwa mereka menjadi tertekan,kotor dan gelap yang apabila yang bersangkutan tidak dapat mensublimasikan (mengalihkan pada perbuatan yang lebih baik),perasaannya akan menyebabkan penyakit jiwa (psichistania) yang merugikan dirinya sendiri. Dalam hal itulah pendidikan agama sangat diperlukan untuk member jalan sublimatif serta katharisasi (pembersihan jiwa) orang yang menderita dosa. Karena eratnya hubungan keduanya,maka lahirlah psikologi agama.

2.      Tujuan mempelajari psikologi.
Tujuan dan guna mempelajari ilmu jiwa ialah :
a.        Untuk memperoleh faham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak-anak pada khususnya.
b.      Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia dan anak.
c.       Untuk mengetahui tentang penyelenggaraan pendidikan yang baik.
d.      Memiliki tiga kemampuan dasar yang diperlukan :
1)      Understanding,memiliki pengetahuan/pengertian mengenai konsep-konsep dan  prinsip-prinsip psikologi yang umumnya mendasari tinggkah laku.
2)      Predecting,mampu mendeteksi atau mendekati permasalahan-permasalahan psikologis yang terjadi di lapangan pendidikan.
3)      Controlling,mampu menguasai diri pribadinya dan terampil di dalam mengatasi masalah kependidikan yang dihadapi sesuai dengan konsep dan prinsip psikologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar